SUBJEK,
PREDIKAT, OBJEK, DAN PELENGKAP
SUBJEK
Kata atau
beberapa kata dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa kata
tersebut menandai pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis
atau pembicara). Subjek memiliki beberapa ciri:
a. Dalam
kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah kiri)
predikat.
b. Unsur
pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa nominal, atau
klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek yang berkategori
lain.
Perhatikan contoh berikut!
(1) Hasan mahasiswa
pandai.
(2) Anak itu belum
makan.
(3) Yang tidak
ikut upacara akan ditindak.
(4) Berjalan
kaki menyehatkan
badan.
Kata
atau beberapa kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah subjek.
Subjek pada kalimat (1) adalah nomina, pada kalimat (2) berbentuk frasa
nominal, pada kalimat (3) klausa, dan pada kalimat (4) berkategori verba.
Jika
unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga
diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut ini.
(5) Manusia yang
mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
(6) Tidak banyak manusia yang mampu
tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang
berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering
dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
(7)Tolong (kamu) bersihkan papan tulis
ini.
(8) Mari (kita)
makan.
Subjek
pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan
seperti tampak pada contoh berikut:
(9) Anak itu
menghabiskan kue saya. (subjek)
(10) Kue saya
dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)
PREDIKAT
Kata atau
beberapa kata dapat berfungsi sebagai predikat apabila kata atau beberapa kata
itu menandai pertanyaan: “Apa yang
ingin dikatakan oleh pembicara tentang subjek?” Dalam struktur klausa
atau kalimat, predikat merupakan konstituen pusat. Sebagai konstituen pusat,
predikat disertai konstituen pendamping kiri dengan atau tanpa pendamping
kanan. Pendamping kiri itu adalah subjek, sedang pendamping kanan, kalau ada,
adalah objek, pelengkap, dan atau keterangan.
Dalam kalimat biasa (bukan inversi),
predikat terletak sesudah subjek. Predikat kalimat dapat menduduki hampir semua
kategori, termasuk bentuk frasanya. Namun demikian, dalam kalimat biasa,
predikat kebanyakan berupa verba atau frasa verbal dan adjektiva atau frasa
adjektival. Perhatikan contoh berikut ini!
(11) Ayah tidur di kamar.
(12) Ayah sedang tidur di kamar.
(13) Orang itu cantik.
(14) Orang itu sangat
cantik.
(15) Ayahku guru
bahasa Indonesia.
OBJEK DAN PELENGKAP
Objek
dan pelengkap dalam kalimat berada sesudah predikat yang berkategori verba.
Objek dan pelengkap biasanya berkategori nomina. Perhatikan kalimat berikut!
a. Pak tani menanam
jagung.
b. Pak tani bertanam
jagung.
Untuk menentukan apakah nomina jagung yang berada di belakang predikat kalimat a dan b
termasuk objek atau pelengkap, dapat dilakukan dengan cara memastikan mungkin
tidaknya nomina tersebut diletakkan di depan kalimat sebagai subjek jika
kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ternyata, hanya kata jagung pada kalimat a yang dapat diletakkan
di awal kalimat sehingga berfungsi sebagai subjek setelah kalimat tersebut
diubah menjadi kalimat pasif seperti pada kalimat berikut ini.
-
Jagung ditanam pak
tani.
Hal seperti ini tidak terjadi pada kalimat b. Dengan demikian,
kata jagung pada kalimat a adalah objek, sedang
pada kalimat b adalah pelengkap.
Contoh lain:
16) Ibu akan membelikan adik sepatu
baru.
Nomina
di belakang predikat pada kalimat tersebut ada dua buah, yaitu adik dan sepatu baru. Mana di antara
kedua nomina tersebut yang tergolong objek? Untuk menentukan mana yang termasuk
objek dan mana yang termasuk pelengkap, kita kembali menggunakan kaidah di
atas. Mana di antara dua nomina tersebut yang dapat dijadikan sebagai subjek
jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif, maka nomina itulah yang
berfungsi sebagai objek. Jika nomina tersebut tidak dapat dijadikan sebagai
subjek pada kalimat pasif berarti tergolong sebagai pelengkap. Perhatikan
kalimat pasif yang nomina sesudah predikatnya diubah menjadi subjek pada
kalimat pasif berikut!
a) Adik akan dibelikan sepatu baru oleh ibu.
b) Sepatu baru akan dibelikan adik oleh ibu.*
Kalimat pasif a) adalah kalimat yang
diterima, sedang kalimat pasif b) adalah kalimat yang tidak berterima. Dengan
kata lain, nomina adik pada kalimat
16) dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif, sedang nomina sepatu baru pada kalimat 16) tidak dapat
dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif. Dengan fenomena ini, maka nomina adik pada kalimat 16) berfungsi sebagai
objek, sedang nomina sepatu baru
berfungsi sebagai pelengkap.
KETERANGAN
Istilah
keterangan dalam tata bahasa disebut dengan adverbial. Keterangan atau
adverbial adalah verba, adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat. Dari
segi maknanya, keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu
keterangan waktu, tempat dan arah, tujuan, cara, penyerta, alat, similatif,
penyebaban, dan kesalingan. Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat
berikut ini adalah keterangan atau adverbial.
1) Dia mengerjakan soal itu sampai pukul 22. (waktu)
2) Dia mengerjakan soal itu sampai nomor 100. (tempat)
3) Dia bersedia menjadi saksi demi penegakan hukum. (tujuan)
4) Dengan lantang wakil karyawan itu membacakan tuntutannya. (cara)
5) Dia merumuskan konsep itu dengan para asistennya. (penyerta)
6) Kami berangkat dengan bus. (alat)
7) Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. (similatif)
8) Gaji terasa kurang terus karena inflasi tak terkendalikan.
(penyebaban)
9) Kedua delegasi itu akan
merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu
sama lain. (kesalingan)
Kalimat tunggal memiliki beberapa pola di
antaranya:
(1) Ayah tertidur. (S P)
(2) Ibu mengirim surat. (S P O)
(3) Kakak membaca buku di perpustakaan. (S P O K)
(4) Petani bertanam jagung. (S P pel.)
(5) Saya sedang mencarikan adik pekerjaan. (S P O
pel.)
(6) Adik tertidur sejak tadi. (S P K)
(7) Kemarin Anton tertidur. (K S P)
(8) Di perpustakaan kakak mengerjakan pekerjaan
rumah. (K S P O)
(9) Di toko itu ayah berbelanja. (K S P)
(10) Ada maling tadi malam. (P S)
(11) Dipukulnya binatang itu sejak tadi.
(P S K)
Kalimat di atas merupakan contoh kalimat
tunggal yang sederhana. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, salah satu atau
beberapa unsur kalimat tunggal dapat
diperluas menjadi kalimat yang lebih panjang seperti kalimat di bawah
ini. Yang perlu diperhatikan adalah unsur S dan P tidak boleh lebih dari satu
buah. Jika ditambah, maka kalimat tersebut bukan sebagai kalimat tunggal lagi.
(a) Nasi yang sedang dimasak itu
telah menjadi bubur.
(b) Bukunya lebih dari 300 judul
(c) Ibu akan membelikan kakak baju baru.
Kalimat
(a) memiliki pola yang sama dengan kalimat (4), yaitu S P Pel. Kalimat (b)
memiliki pola yang sama dengan kalimat (1), yaitu S P. Kalimat (c) memiliki
pola yang sama dengan kalimat (5), yaitu S P O Pel.)