Selasa, 16 September 2014

EDISI 23 Majalah Bobo Terbitan 12 September 2013

EDISI 23
Majalah Bobo Terbitan 12 September 2013

1. FRASA ENDOSENTRIK
A. Frasa endosentrik yang koordinatif
1.      Bermain dan belajar( hal:2 majalah bobo poin 1-3)
2.      Sopan dan rendah
3.      Kiri atau kanan
4.      Depan atau belakang
5.      Atlet atau tokoh(majalah bobo hal:12)
6.      Gambar dan foto(majalah bobo hal:2)
7.      Bobo dan doni(majalah bobo hal:4)
8.      Vitamin D dan kalium( majalah bobo hal:19)

B. Frasa endosentrik yang atributif( tambahan)
1.      Rewel terus(hal:2 majalah bobo poin 1-7)
2.      Anak menangis
3.      Bayangan putih
4.      Nyanyi bareng
5.      Lagu kesayangannya
6.      Senang sekali
7.      Bermain bola
8.      Alamat lengkap (hal:2)
9.      Nomor telepon(hal:2)
10.  Boneka bobo(hal:2)
11.  Pohon bunga(hal:4)
12.  Bola jatuh(hal:4)
13.  Menggambar bunga(hal:4)
14.  Mengupas kentang(hal:4)
15.  Halaman rumah(hal:5)

C. Frasa endosentrik yang apositif
1.      Bobo,duduk ditaman
2.      Air danau,sungguh indah( majalah bobo hal:8)
3.      Nenek,mengupas kentang( majalah bobo hal:4)
4.      Akuarium,itu raksasa(majalah bobo hal:8)
5.      Ikan, keracunan dilaut(majalah bobo hal:8)

D. Frasa nominal
Cerita ponsel idaman hal:48
1.      Keripik pedas
2.      Ponsel keren itu
3.      Belajar kelompok
4.      Surat edaran
5.      Kegiatan tambahan
6.      Matahari hampir tenggelam

E. Frasa verbal
1.      Selalu gelap(majalah bobo hal:50 poin 1-5)
2.      Ia naik kembali
3.      Terang seperti siang
4.      Buku pintar sains
5.      Kakek sedang membetulkan sepeda

F. Frasa bilangan
1.      Sekantung kecil kue(majalah bobo hal:30)
2.      Cuma sekali pukul( majalah bobo hal:12)
3.      Dua buah coklat(majalh bobo hal:13)
4.      Seluas halaman(majalah bobo hal:4)
5.      Dua keping kue(majalah bobo hal:24)

G. frasa keterangan
1.      Sejak kecil(hal:23)
2.      Besok lusa(hal:17)
3.      Kemarin malam(hal:20)
4.      Waktu lalu(hal:26)
5.      Dahulu kala( hal:12)

H. Frasa depan
1.      Ke hutan lembut(hal:6)
2.      Dengan meminta maaf(hal:9)
3.      Sejak naik sampan(hal:9)
4.      Dari para pemenang( hal:13)
5.      Dilarang memetik bunga(hal:4)









SUBJEK, PREDIKAT, OBJEK, DAN PELENGKAP

SUBJEK, PREDIKAT, OBJEK, DAN PELENGKAP

SUBJEK
Kata atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa kata tersebut menandai pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis atau pembicara). Subjek memiliki beberapa ciri:
a.       Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah kiri) predikat.
b.      Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa nominal, atau klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek yang berkategori lain. 
Perhatikan contoh berikut!
            (1)    Hasan mahasiswa pandai.
            (2)  Anak itu belum makan.
            (3)  Yang tidak ikut upacara akan ditindak.
            (4)  Berjalan kaki menyehatkan badan.
            Kata atau beberapa kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah subjek. Subjek pada kalimat (1) adalah nomina, pada kalimat (2) berbentuk frasa nominal, pada kalimat (3) klausa, dan pada kalimat (4) berkategori verba.
            Jika unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut ini.
      (5)  Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
      (6)  Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
            (7)Tolong (kamu) bersihkan papan tulis ini.
(8) Mari (kita) makan.
            Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut:
            (9) Anak itu menghabiskan kue saya. (subjek)
(10) Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)
PREDIKAT
            Kata atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai predikat apabila kata atau beberapa kata itu menandai pertanyaan: “Apa yang ingin dikatakan oleh pembicara tentang subjek?” Dalam struktur klausa atau kalimat, predikat merupakan konstituen pusat. Sebagai konstituen pusat, predikat disertai konstituen pendamping kiri dengan atau tanpa pendamping kanan. Pendamping kiri itu adalah subjek, sedang pendamping kanan, kalau ada, adalah objek, pelengkap, dan atau keterangan.
            Dalam kalimat biasa (bukan inversi), predikat terletak sesudah subjek. Predikat kalimat dapat menduduki hampir semua kategori, termasuk bentuk frasanya. Namun demikian, dalam kalimat biasa, predikat kebanyakan berupa verba atau frasa verbal dan adjektiva atau frasa adjektival. Perhatikan contoh berikut ini!
            (11) Ayah tidur di kamar.
            (12) Ayah sedang tidur di kamar.
(13) Orang itu cantik.
(14) Orang itu sangat cantik.
(15) Ayahku guru bahasa Indonesia.

OBJEK DAN PELENGKAP
            Objek dan pelengkap dalam kalimat berada sesudah predikat yang berkategori verba. Objek dan pelengkap biasanya berkategori nomina. Perhatikan kalimat berikut!
a. Pak tani menanam jagung.
b. Pak tani bertanam jagung.
Untuk menentukan apakah nomina jagung yang berada di belakang predikat kalimat a dan b termasuk objek atau pelengkap, dapat dilakukan dengan cara memastikan mungkin tidaknya nomina tersebut diletakkan di depan kalimat sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ternyata, hanya kata jagung pada kalimat a yang dapat diletakkan di awal kalimat sehingga berfungsi sebagai subjek setelah kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif seperti pada kalimat berikut ini.
-       Jagung ditanam pak tani.
Hal seperti ini tidak terjadi pada kalimat b. Dengan demikian, kata jagung pada kalimat a adalah objek, sedang pada kalimat b adalah pelengkap.
Contoh lain:
16) Ibu akan membelikan adik sepatu baru.
            Nomina di belakang predikat pada kalimat tersebut ada dua buah, yaitu adik dan sepatu baru. Mana di  antara kedua nomina tersebut yang tergolong objek? Untuk menentukan mana yang termasuk objek dan mana yang termasuk pelengkap, kita kembali menggunakan kaidah di atas. Mana di antara dua nomina tersebut yang dapat dijadikan sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif, maka nomina itulah yang berfungsi sebagai objek. Jika nomina tersebut tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif berarti tergolong sebagai pelengkap. Perhatikan kalimat pasif yang nomina sesudah predikatnya diubah menjadi subjek pada kalimat pasif berikut!
a)    Adik akan dibelikan sepatu baru oleh ibu.
b)    Sepatu baru akan dibelikan adik oleh ibu.*
       Kalimat pasif a) adalah kalimat yang diterima, sedang kalimat pasif b) adalah kalimat yang tidak berterima. Dengan kata lain, nomina adik pada kalimat 16) dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif, sedang nomina sepatu baru pada kalimat 16) tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif. Dengan fenomena ini, maka nomina adik pada kalimat 16) berfungsi sebagai objek, sedang nomina sepatu baru berfungsi sebagai pelengkap. 

KETERANGAN
            Istilah keterangan dalam tata bahasa disebut dengan adverbial. Keterangan atau adverbial adalah verba, adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat. Dari segi maknanya, keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu keterangan waktu, tempat dan arah, tujuan, cara, penyerta, alat, similatif, penyebaban, dan kesalingan. Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut ini adalah keterangan atau adverbial.
1) Dia mengerjakan soal itu sampai pukul 22. (waktu)
2) Dia mengerjakan soal itu sampai nomor 100. (tempat)
3) Dia bersedia menjadi saksi demi penegakan hukum. (tujuan)
4) Dengan lantang wakil karyawan itu membacakan tuntutannya. (cara)
5) Dia merumuskan konsep itu dengan para asistennya. (penyerta)
6) Kami berangkat dengan bus. (alat)
7) Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. (similatif)
8) Gaji terasa kurang terus karena inflasi tak terkendalikan. (penyebaban)
9) Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain. (kesalingan)
     Kalimat tunggal memiliki beberapa pola di antaranya:
(1)   Ayah tertidur. (S P)
(2)   Ibu mengirim surat. (S P O)
(3)   Kakak membaca buku di perpustakaan. (S P O K)
(4)   Petani bertanam jagung. (S P pel.)
(5)   Saya sedang mencarikan adik pekerjaan. (S P O pel.)
(6)   Adik tertidur sejak tadi. (S P K)
(7)   Kemarin Anton tertidur. (K S P)
(8)   Di perpustakaan kakak mengerjakan pekerjaan rumah. (K S P O)
(9)   Di toko itu ayah berbelanja. (K S P)
(10) Ada maling tadi malam. (P S)
(11) Dipukulnya binatang itu sejak tadi. (P S K)
       Kalimat di atas merupakan contoh kalimat tunggal yang sederhana. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, salah satu atau beberapa unsur kalimat tunggal dapat  diperluas menjadi kalimat yang lebih panjang seperti kalimat di bawah ini. Yang perlu diperhatikan adalah unsur S dan P tidak boleh lebih dari satu buah. Jika ditambah, maka kalimat tersebut bukan sebagai kalimat tunggal lagi.
(a) Nasi yang sedang dimasak itu telah menjadi bubur.
(b) Bukunya lebih dari 300 judul
(c) Ibu akan membelikan kakak baju baru.
            Kalimat (a) memiliki pola yang sama dengan kalimat (4), yaitu S P Pel. Kalimat (b) memiliki pola yang sama dengan kalimat (1), yaitu S P. Kalimat (c) memiliki pola yang sama dengan kalimat (5), yaitu S P O Pel.)